Tuesday, October 13, 2009

How to Choose a Good Topic

How to Choose a Good Topic

All projects, whether they're papers, documentaries, exhibits, or performances, begin with a topic. Whether or not you have a good topic can greatly influence how much you learn, how much fun you'll have learning, and how well your project does in the contest.

To choose a topic, you should begin by thinking about the theme. What does the theme mean? What events, people, and ideas could fit within the theme?

Take a look at the sample list of topics. Try to use the list as a source of inspiration rather than a list of specific topics. You don't want to be competing against hundreds of students doing the same topic.

Write down several ideas that come to you. Discuss the theme and contest with your friends, family, and teachers. Do they have some topic ideas that interest you? Add them to your list.

Once you have a list of some ideas, check each one through the following questions:

1. Does your topic fit into the theme?
This question is a little more difficult than it first appears. The real question is not only does your topic fit within the theme, but will you be able to explain its tie to the theme within your project. Also, if you were asked by a judge to explain the correlation, would you be able to do so?

2. Can you analyze your topic?
A history theme for example, although every event and action that occurred in the past is now part of history, some events were simply part of history while others helped shape history. For example, on February 13, 1971, Vice President Spiro Agnew accidentally hit three spectators while golfing. This is an event in the past, yet it didn't help shape history. On the other hand, Adolf Hitler's invasion of Poland in 1939 was not just an event in the past, it caused the start of World War II, changing the political, geographical, and ideological borders of the world.

At History Day, the judges are looking for topics that helped shape history and they want you to tell them how and why they did this in your project. Can you do this with your topic?

3. Is your topic too small?
The answer to this question will almost entirely be based on the number of available resources. For instance, the topic of the Jewish badge during the Holocaust could be considered too small. Though it played a significant role in history, not many people have written about its history. If you chose this topic, you would spend a lot of time trying to find the very few articles available on this topic. Would you be able to find enough resources for your topic?

4. Is your topic too large?
This is a much more common problem. If your topic is too large then there are too many resources to read. Plus, you would spend all your time summarizing the event rather than analyzing why it was important. For example, the topic of World War II would be a huge topic to try to cover. A more precise topic like D-day or Native American code breakers would be more effective.

5. Are there primary sources available for your topic?
If you're not sure what primary sources are, be sure to read more about them. The better projects use an abundance of primary sources. Some topics have numerous primary sources available while others have close to none. For instance, the Hindenburg disaster has many primary sources: Herb Morrison's radio broadcast (he continued reporting during the explosion), photographs (reporters were on the scene), and newspaper articles. On the other hand, there are not likely to be many primary sources for Michelangelo painting the Sistine Chapel.

6. If you are making an exhibit or documentary, will you be able to find enough photographs and images?
If your topic is before the mid-1800s, you will likely have a difficult time finding images to use.

7. Is your topic unique?
In general, the more unique your topic, the more likely it will do well at theme. If judges have to look at project after project on Manifest Destiny, they will get (perhaps subconsciously) bored with the subject. Also, those projects would be competing directly against one another. Instead, if you are the only person at the contest with your topic, you will look original and interesting from the start.

8. Will you enjoy researching and learning about this topic?
History should be fun to learn. If you dislike your topic before you start, you're certainly not going to like it any more as you prepare for its theme. Choose a topic that makes you want to learn more.

Good Luck !...

Peace !...

Sunday, October 4, 2009

Tiga Dusun Dijadikan Kuburan Massal




Tiga Dusun Dijadikan Kuburan Massal

KUBURAN MASSAL, Salah satu bukit yang longsor akibat gempa berkekuatan 7,6 Skala Richter yang kemudian mengubur tiga jorong (dusun) di Kanagarian Tandikat, Kecamatan Patamuan, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat kemarin. Tim SAR kesulitan mencari ratusan korban yang tertimbun dan mengusulkan wilayah ini menjadi kuburan massal.

PADANG(SI) – Tiga jorong (dusun) di Kanagarian (Desa) Tandikat,Kecamatan Patamuan,Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), yang tertimbun longsor akibat gempa,akan dijadikan kuburan massal. Sebab, sekitar 360 korban yang tertimbun tanah longsor di ketiga dusun itu, yakni Cimanak,Kepala Koto dan Lubuk Laweh, tidak memungkinkan untuk dievakuasi lantaran sulitnya medan.

Rencana menjadikan ketiga dusun ini sebagai kuburan massal sudah dibahas Satuan Koordinasi dan Pelaksanaan Penanggulangan Bencana Alam (Satkorlak PB) Sumatera Barat, yang dipimpin langsung penanggungjawabnya, Gubernur Sumatera Barat,Gamawan Fauzi, di Padang,kemarin.

Namun, rencana ini harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari berbagai pihak, terutama warga yang sanak saudaranya menjadi korban di lokasi longsor. Satkorlak PB sudah meminta agar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Padang Pariaman segera berkonsultasi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Padang Pariaman mengenai rencana pembuatan kuburan massal tersebut.

“Kita sudah meminta bupati agar MUI memberi penjelasan kepada keluarga korban,” ujar Kepala Hubungan Masyarakat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar Dede Nuzul Putra di Padang kemarin. Dia menuturkan, rencana menjadikan tiga dusun itu sebagai kuburan massal lantaran evakuasi seluruh jenazah tidak memungkinkan.

Satkorlak PB memilih untuk mengutamakan penyelamatan korban yang masih hidup di wilayah lain.Apalagi kemungkinan adanya korban yang masih hidup memang sudah tertutup.Sebab,sejak gempa berkekuatan 7,6 Skala Richter (SR) mengguncang Sumatera Barat pada Rabu (30/9) lalu,evakuasi pertama di ketiga dusun itu baru dilakukan pada 2 Oktober lalu.

Selama dua hari, tim evakuasi hanya mengandalkan peralatan sederhana seperti cangkul dan parang. Padahal, timbunan tanah di ketiga dusun yang dikelilingi perbukitan dan Gunung Tigo itu juga disertai kayu besar dan pohon kelapa. Delapan alat berat sebagai tambahan alat evakuasi belum bisa masuk ke lokasi karena sulitnya akses jalan. Berdasarkan informasi, hingga kemarin sore, korban yang sudah dievakuasi dari ketiga dusun itu baru 28 orang.

Sejak dua hari lalu, bau busuk mulai menyengat di lokasi itu. Pembusukan jenazah semakin cepat lantaran timbunan longsor merupakan tanah basah. Hujan deras yang mengguyur hampir seluruh Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Padang,kemarin, juga mempercepat pembusukan jenazah.

“Lagi pula, kalau diangkut (jenazah) akan butuh waktu yang lama,”ujar Nuzul. Kepala Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Priyadi Kardono mengaku, dalam hal rencana pembuatan kuburan massal, pihaknya hanya dalam kapasitas memberi saran.Walau demikian, tim evakuasi akan berusaha semaksimal mungkin untuk terus mencari korban dari timbunan tanah.

Berdasarkan ketentuan yang berlaku,evakuasi korban bencana dilakukan selama tujuh hari. Jika selama tujuh hari evakuasi belum selesai,keluarga korban akan ditanyai untuk mendapat persetujuan menghentikan pencarian. Proses lain yang harus disepakati untuk menjadikan kuburan massal adalah alih fungsi lahan.

“Jangan nanti ada warga yang memprotes atau mengklaim tanah itu sebagai miliknya,” ujar Priyadi. Di ketiga dusun itu, hampir 90% rumah warga tertimbun tanah. Bahkan, di Kepala Koto, bangunan rumah sama sekali tidak tersisa.Rumah yang masih terlihat di Dusun Cumanak juga sudah roboh. Berdasarkan informasi dari warga, Dusun Cimanak dihuni sekitar 80 kepala keluarga (KK),Dusun Lubuk Laweh sekitar 50 KK dan Dusun Kepala Koto 40 KK.

Sejumlah korban selamat juga sudah tidak berharap untuk kembali tinggal di situ. Selain masih trauma,mereka juga merasa tidak aman tinggal di daerah itu karena perbukitan di sekitarnya rawan longsor. “Saya sudah tidak betah tinggal di sini lagi,” kata Zianan, 43, korban yang selamat bersama istri dan dua anaknya.

Zianan yang kehilangan seorang anak bernama Silvi,8,berharap kepada pemerintah agar menyediakan permukiman baru bagi mereka.Jika permukiman baru itu tersedia, dia akan pindah dan meninggalkan rumahnya yang tertimbun kayu dan pohon kelapa. Puluhan warga yang masih hidup kini sudah mengungsi ke rumah saudara mereka yang tidak jauh dari dusun itu. Sebagian memilih tinggal di tenda pengungsian dengan memanfaatkan bantuan seadanya.

Kawasan longsor lain di Kabupaten Padang Pariaman adalah Dusun Koto Tinggi, Desa Padang Alai,KecamatanV Koto Timur dan Dusun Talau,Desa Padang Alai Kecamatan V Koto Kampung. Selain longsor, jalan menuju dusun ini juga rusak berat dan terputus di sembilan titik,sehingga tidak bisa dilalui kendaraan roda empat.

Di Kecamatan V Koto Timur diperkirakan 54 orang tertimbun dan yang sudah ditemukan baru 19 orang.Sedangkan di Kecamatan V Koto Kampung masih tertimbun lima warga tertimbun dan sudah dievakuasi. Secara umum,menurut Bupati Padang Pariaman Muslim Kasim, Padang Pariaman adalah daerah yang paling parah terkena dampak gempa.

Korban meninggal dunia, hingga kemarin siang tercatat 280 orang, belum termasuk yang tertimbun tanah longsor di sejumlah dusun. Padang Pariaman terdiri atas 261 dusun, 46 desa, dan 17 kecamatan yang kebanyakan dikelilingi perbukitan.

Kebanyakan warga Padang Pariaman yang selamat kini tinggal di tenda-tenda yang didirikan di depan rumah mereka. Penyaluran bantuan pun belum sepenuhnya tersalurkan ke warga. “Bantuan sudah kita salurkan, tapi memang belum maksimal,” ujar Muslim ketika dihubungi dari Padang,kemarin.

Terus Bertambah

Sementara itu, jumlah korban tewas yang telah ditemukan akibat gempa 7,6 Skala Richter (SR) di Sumatera Barat terus bertambah. Hingga tadi malam, berdasar data Satkorlak PB Sumatera Barat,korban tewas yang telah ditemukan mencapai 605 orang.

Korban tewas terbanyak yang telah terdata ditemukan di Kabupaten Padang Pariaman sebanyak 276 orang dan di Kota Padang 231 orang.Korban tewas lainnya di Kota Pariaman 49 orang,Kabupaten Pesisir Selatan 10 orang, Kota Solok 4 orang,Kabupaten Agam 32 orang, dan Kabupaten Pasaman Barat 3 orang. Gempa juga mengakibatkan 412 orang luka berat,2.096 luka ringan, dan 343 hilang.

Selain itu 83.883 unit rumah rusak berat, 32.773 unit rusak sedang, dan 66.419 unit rusak ringan. Sementara itu, para pengungsi korban gempa kini membutuhkan tenda darurat demi menampung keluarganya karena rumah mereka sudah rata dengan tanah.“Kami sangat bersyukur jika ada bantuan tenda tersebut karena kini kami tidak bisa mendiami rumah yang runtuh karena gempa itu,” kata warga korban gempa di Padang, Nel,kemarin.

Korban gempa Sumatera Barat setidaknya membutuhkan 10.000 unit tenda darurat ukuran keluarga karena banyak yang rumahnya hancur karena gempa itu. Wakil Gubernur Sumbar, Marlis Rahman, mengatakan, kini sudah banyak bantuan yang masuk ke posko penanggulangan bencana Kantor Gubernur Sumbar,namun sedikit yang berupa tenda. “Bagi yang ingin memberikan bantuan, lebih efektif berupa tenda dan logistik, karena itu yang sangat dibutuhkan saat ini,”katanya. (rijan irnando purba/ant)

Mr. Peace Poenya :
http://www.jenongscorner.blogspot.com/
http://www.elsalam-cash.blogspot.com/
http://www.elsalam.50webs.com/

Bencana Alam, Asia Tenggara Diliputi Duka


Bencana Alam, Asia Tenggara Diliputi Duka

HANOI - Asia Tenggara sedang diselimuti duka. Filipina, Vietnam, Laos, Kamboja diterjang banjir besar akibat Topan Ketsana. Sementara Indonesia diguncang gempa.

Jumlah korban tewas akibat Topan Ketsana di Asia Tenggara sudah menembus angka 320 orang. Sementara jumlah korban meninggal akibat gempa di Suamatera Barat sudah mendekati angka 500 orang (versi Departemen Kesehatan). Jumah tersebut ditaksir meningkat hingga ribuan orang. Bahkan Menteri KEsehatan Siti Fadilah Supari menyatakan ada 4.000 orang yang masih tertimbun reruntuhan bangunan.

Sementara korban tewas akibat Ketsana di Vietnam hingga Sabtu ini sudah mencapai 107 orang.

Komite bencana nasional dan penanganan badai di Hanoi seperti dikutip AFP, Sabtu (3/10/2009), menyatakan terdapat 28 orang yang masih dinyatakan hilang dan 252 mengalami luka.

Jumlah tersebut lebih sedikit dari data yang dilansir kantor komite badai dan banjir Danang, kota yang berada lebih dekat dengan lokasi terparah yang diterjang badai. Danang mencatat sudah 122 orang tewas. Itu pun merupakan data yang diperoleh pada Selasa lalu.

Jumlah korban terbanyak terdapat di Provinsi Quang Ngai, sebelah selatan Danang, dan wilayah pegunungan di Provinsi Kon Tum. Di kedua tempat itu sudah 33 mayat yang ditemukan.

Sejauh ini pemerintah menghitung biaya keruguian akibat Ketsana mencapai USD587 juta atau sekira Rp5,6 triliun. Itu pun belum semua daerah yang dihitung, yaitu baru 10 dari 14 provinsi. Akibat badai sebagian besar wilayah Vietnam digenangi banjir.

Vietnam kerap diterjang badai setiap tahun. Namun jumlah akibat Ketsana sudah melebihi topan ganas lainnya yang menerjang negara itu. Pada 2006 Vietnam diterjang Topan Durian dan Xangsane. Masing-masing topan tersebut merenggut lebih dari 70 nyawa.

Selain Vietnam, Ketsana juga menyebabkan banjir di Filipina, Kamboja, dan Laos. Sejauh ini sudah 293 korban tewas di Filipina, 24 di Laos, dan 17 di Kamboja.(ton)

Anton Suhartono - Okezone
Foto: Reuters

Mr. Peace Poenya :
http://www.jenongscorner.blogspot.com/
http://www.elsalam-cash.blogspot.com/
http://www.elsalam.50webs.com/