Saat pesawat Fokker 27 TNI AU jatuh dan meledak, hujan sangat deras mendera kawasan hanggar Air Craft Service (ACS) PT Dirgantara Indonesia (DI) dan Bandara Hussein Sastranegara. Cuaca buruk ini menyebabkan jarak pandang terbatas.
Hal itu diungkapkan saksi yang juga karyawan PT Dirgantara Indonesia (DI) yang enggan disebut namanya kepada detikcom, Senin (6/4/2009).
Karyawan tersebut menceritakan saat menjelang kejadian, dia sedang menyetir mobil dan lewat di antara SD Angkasa dan hanggar ACS yang tertabrak.
"Sekitar pukul 13.00 WIB, saya lewat di situ gelap sekali. Secara visual nyetir saja susah. Jarak pandang ada sekitar 10-15 meter saja," ujarnya.
Dia melihat ada pesawat melintas di atas mobilnya. "Nguiingg... dan tiba-tiba ada ledakan. Teman saya yang sedang berada di gedung pun mendengar padahal saat itu hujan deras," ceritanya.
Menurut pantauan dia, tak sampai 5 menit, mobil pemadam kebakaran Bandara Hussein Sastranegara pun langsung menuju ujung landasan yang melengkung.
"Hujannya gede sekali. Mungkin pilot nggak bisa melihat landing light yang ada di bawah," tuturnya.
Hingga pukul 14.20 WIB, karyawan yang kantornya berada di sebelah utara runway, melihat ada 4 ambulans yang ke lokasi, yang berada di sebelah selatan runway.
"Saya tadi lihat dari lantai 6 kantor saya, sudah ada 4 ambulans. Saya nggak bisa lihat langsung karena tempatnya di sebelah selatan runway, sedangkan kantor saya di sebelah utara runway," jelas dia. Hujan saat ini telah berhenti.
No comments:
Post a Comment
Silahkan tuliskan komentar anda... :)